Senin, 23 Desember 2013

KONSEP BIAYA
A.           DEFINISI BIAYA

a.              SFAC No. 6, FASB
Biaya adalah aliran keluar outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.
b.             IAI 1994 mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (Paragrap 70).
c.              Kam 1990
Biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham  (stockholder’s equity) sebagai akibat pemakaian barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.
d.             APB Statement No. 4, prg. 134
Penurunan kotor dalam aset atau kenaikan kotor dalam kewajiban yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dihasilkan dari jenis-jenis kegiatan yang diarahkan untuk memperoleh keuntungan dari suatu perusahaan yang dapat mengubah ekuitas pemilik.

e.              Menurut Sprouse dan Moonits (1962)
Biaya adalah suatu nilai prasyarat, suatu pengorbanan untuk memperoleh manfaat dan diukur dengan harga pertukaran. Beban adalah penurunan aktiva bersih sebagai akibat dari kegiatan ekonomi untuk mendapatkan pendapatan atau pengenaan pajak unit pemerintah
f.              Menurut Grady (1965)
Biaya adalah jumlah yang diukur dengan uang atau uang tunai yang dikeluarkan atau properti lainnya, penerbitan modal saham, atau kewajiban yang terjadi dalam pertimbangan barang atau jasa yang diterima atau yang akan diterima
g.             Menurut Antony, Hawkins, dan Merchant (1999)
Biaya adalah pengukuran moneter dari jumlah sumber daya yang digunakan untuk beberapa tujuan. Pengeluaran adalah penurunan asset ( biasanya uang tunai) dan atau peningkatan kewajiban (seringnya hutang) terkait dengan timbulnya biaya dan pengeluaran.
h.             Hilton (2002)
Biaya adalah pengorbanan yang biasanya diukur dengan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Beban adalah penggunaan aset untuk tujuan menghasilkan pendapatan.

B.            KARAKTERISTIK BIAYA
v   Dari berbagai sumber diatas terdapat dua karakteristik utama yang melekat pada makna biaya , yaitu :
a.       Aliran keluar atau penurunan asset (arus keluar aset, penurunan kotor dalam aset, penurunan manfaat ekonomi, dengan menggunakan aset, konsumsi aset, penggunaan layanan ekonomi, berakhir biaya, biaya yang berlaku untuk periode berjalan).
b.      Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (profit-directed activities, for the purpose of generating revenues, earning activities)
v   Karakteristik lain yang bersifat sebagai konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
a.         Kenaikan Kewajiban
Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai asset sebelumnya atau perusahaan mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau melakukan pengorbanan sumber ekonomik di masa datang sehingga kewajiban timbul.
b.        Penurunan Ekuitas
Definisi APB dan IAI secara eksplisit menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Oleh karena itu, turunnya aset sebagai biaya harus harus mengakibatkan turunnya ekuitas. Bila ekuitas akhirnya tidak terpengaruh, jelas turunnya aset bukan merupakan biaya. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan asset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurun ekuitas hanya merupakan karakteristik pendukung makna biaya.
c.         Aliran Fasis atau Moneter
FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya. Bahwa biaya yang timbul dari penyerahan produksi (from delivering or producing goods) atau dari pelaksanaan jas (rendering services) sebagai kejadian fisis (physical event). Bila asset diganti dengan barang dan jasa, aliran tersebut ijelas menunjukkan aliran fisis. Secara semantic, biaya seharusnya didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter (monetary event).
d.        Rugi
Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah :
1.              Penurunan ekuitas (asset bersih)
2.              Transaksi periferal atau insidental
3.              Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik
Dari tiga karakteristik rugi di atas, yang paling membedakan rugi dengan biaya adalah karakteristik no .2. Rugi perlu didefinisi sebagai elemen dan dibedakan dengan biaya oleh FASB karena sifat terjadinya. Untuk disebut rugi, kejadian yang menimbulkan harus peripheral atau incidental atau di luar kendali manajemen. Seperti untung, empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah (SFAC no. 6. Prg. 85) :
a.              Periferal dan incidental : misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan asset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b.             Transfer non-timbal balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain : misalnya pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hokum.
c.              Penahanan aset (holding assets) : misalnya penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahanan sediaan (holding losses).
d.                Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari kos aset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.

C.           PENGUKURAN DAN PENGAKUAN BIAYA
C.1    PENGUKURAN BIAYA
Biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunkan utnuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat didasarkan pada:
a.                  Cost Historis
Merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva.
b.                  Replacement Cost
Menunjukan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.
c.                  Cash Equivalent
Adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir  dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan nornal. Nilai pasar ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis.
C.2    PENGAKUAN BIAYA
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan yang penting yaitu Konsumsi
a.                  Manfaat (Consumption of Benefits)
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomi yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, kegiatan lain yang mempresentasi operasi utama atau sentral entitas tersebut.
Kaidah Pengakuan (SFAC No. 5, prg.86) berbagai jenis pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda yaitu :
1.      Beberapa pos biaya , seperti kos barang terjual ditandingkan dengan pendapatan yang terkait. Diakui pada saat yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung dari transaksi lain yang sama yang menimbulkan biaya.
2.      Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administrasi diakui selama periode pada saat kas dibayarkan atau kewajiban terjadi atas barang yang jasa yang dimanfaatkan bersamaan dengan pemerolehan.
b.                    Beban Pendapatan (loss or lack of future benefits)
Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.
Kaidah Pengakuan APB (APB Statement No. 4 prg. 157-160)
1.      Mengasosiasi sebab dan akibat
Beberapa kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan tertentu.
2.      Alokasi sistematik dan rasional
Beberapa kos diasosiasi sebagai biaya atas dasar usaha untuk mengalokasi kos secara sistematik dan rasional ke beberapa periode yang menikmati manfaat.
3.      Pengakuan segera
(a).      Kos yang terjadi dalam periode berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang cukup nyata.
(b).      Kos yang dicatat aset dalam periode sebelumnya tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik yang cukup nyata.
(c).      Mengalokasi berbagai kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau dasar periode akuntansi dipandang tidak memmpunyai manfaat yang berarti.
Hubungan Cost dan Biaya
Beberapa sumber mendefinisi biaya dalam kaitannya dengan kos karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Kos adalah pengukur biaya atau biaya direpresentasi dengan kos sehingga secara teknis dan praktis biaya sering disebut dengan kos. Akan tetapi kos tidak selalu dapat disebut sebagai biaya karena kos dapat juga merepresentasi aset.
D.           KONSEP PENANDINGAN
Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu periode dan barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna.
Kelayakan Ekonomi
               Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat aset atau jasa secara fisis tetapi tetapi nilai aset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan mempehatikan kondisi yang melingkupinya. Jadi kos yang digunakan dalam operasi hanya akan dibebankan kependapatan sebanding dengan produk yang dianggap telah menghasilkan pendapatan.
Menandingkan Bukan Kompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya pengiriman barang dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiahnya netto dicatat dalam akun Penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah nettonya.
Basis Asosiasi
Basis asosiasi adalah dasar penandingan antara pendapatan dengan biaya. Perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak.
1.              Asosiasi Sebab Akibat
Konsep upaya dan pencapaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Hubungan biaya dan pendapatan merupakan hubungan agregat antara berbagai faktor biaya sebagai kesatuan dan berbagai faktor biaya sebagai kesatuan yang lain. Jadi hubungan biaya dan pendapatan bersifat ekonomik bukannya fisis.Hubungan sebab akibat mempunyai validitas karena pengamatan terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukan bahwa pendapatan tidak akan terjadi tanpa penyerahan barang atau jasa.
Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui. Dari pernyataan tersebut dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat dapat dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antarapendapatan dan biaya. Oleh karena itu pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan.
Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk yang digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
v     Identifikasi Kos Produk
Sesuai dengan konsep penandingan semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua:
a.       Cost produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya.
b.      Cost produk yang melekat pada produk yang belum terjual dilaporkan sebagai persediaan dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut dijual.
Salah satu alternatif pemecahan masalah penandingan yang tepat adalah sediaan barang dan kos barang terjual hanya memuat kos variabel (kos produksi dan non produksi). Kemudian kos tetap dipecah proporsional sesuai dengan perbandingan sediaan dan kos barang terjual. Semua kos tetap dianggap tidak tersediaankan dan diperlakukan sebagai biaya periode. Pendekatan semacam ini disebut dengan pengkosan langsung (direct costing) sebagai pasangan dari pengkosan penuh (full costing).
v     Poduk Usang atau Musiman
Apakah produk musiman yang tidak laku terjual merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi)? Patton dan Littleton menegaskan bahwa penandingan harus didasarkan pada kelayakan ekonomik. Sediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai pada musim tertentu. Dengan demikian, tidak selayaknya kos sediaan yang tidak terjual diperlakukan sebagai rugi.
v     Barang Rusak
Apakah kos produk rusak dapat dianggap sebagai upaya atau sebab untuk menimbulkan pendapatan? Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal agar mendapat kualitas produk yang baik, kos barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, jika kerusakan atau cacatnya produk merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian atau musibah) maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.
v     Identifikasi Nonproduk
Dalam kaitannya dengan penandingan sebab-akibat ,kos nonproduksi tidak harus ditunda pembebanannya untuk dikeitkan dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi. Ini berarti asosiasi produk diganti dengan asosiasi perioda
v     Biaya Antisipasian
Adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui. Kos semacam ini harus diantisipasi dan diakui pada periode terjadinya penjualan meskipun kos belum terjadi. Selama probabilitas terjadinya dan jumlah rupiahnya dapat ditaksir dengan cukup tepat, kos antisipasian dapat diakui sebagai biaya periode terjadinya penjualan.
v     Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar penandingan periodik (period matching) atau penandingan tidak langsung (inderict matching). Alokasi sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai dasar penandingan apabila dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat dilakukan. Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk (unit fisik) tetapi periode. Dengan demikian, biaya diakui dan dihubungkan dengan pendapatan pada periode terjadinya. Cost  yang terjadi dapat dialokasikan dalam beberapa periode, dan dapat juga langsung diakui dan dibebankan sebagai biaya.
Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional.

E.                 KRITIK TERHADAP KONSEP PENANDINGAN
1.      Bukti Yang Obyektif
Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektif merupakan sarat utama yang harus dipenuhi. Namun demikian bukti obyektif tersebut kurang negitu diperhatikan dalam pengakuan biaya. Salah satu alasannya adalah karena penerapan prinsip konservatisme. Konsep ini memenyatakan bahwa biaya, rugi, dan hutang harus segera diakui meskipun tidak ada bukti yang kuat dan obyekrtif. Sementara pendapatan, untung (gains) dan aktiva tidak dapat diakui apabila ada bukti yang cukup obyektif.

2.      Evaluasi Terhadap Konsep Matching
Apabila suatu aktiva memiliki suatu manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat diterapkan, maka cost aktiva dapat dialokasikan dalam periode-periode secara sistematis. Alokasi secara teoritis akan memuaskan apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut meliputi :
a.               Additivity
Alokasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya. Jika jumlah yang dialokasikan ditambahkan bersama-sama, maka totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi.
b.                  Unambiguity
Metode alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas.
c.                  Defensibility
Metode alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding metode alokasi yang lain. Metode tersebut harus didukung oleh alasan lain yang kuat.

F.                 KRITERIA PENANGGUHAN
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
a.                  Alokasi Kos Bergabung atau Bersama
Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa antar perioda.
b.                 Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Untuk mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba yang diratakan.
c.                  Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi: (1) Ketertambahan, (2) Ketakraguan, (3) Keterpertahankan.
d.                 Pembebanan Arbitrer
Jika tidak ada dasar untuk menunda pembebanan, atau tidak ada dasar alokasi yang layak , kos bisa langsung dibebankan pada periode terjadinya, penandingan kos dan pendapatan seperti ini disebut secara arbitrer.

G.               PENANDINGAN DAN PENYAJIAN POS-POS BIAYA
Idealnya tiap unit produk menyerap semua jenis kos operasi (produksi, penjualan, administrasi dan pengumpulan piutang). Akan tetapi, karena tidak mudahnya untuk menghubungkan secara layak kos kegiatan non produksi ke produk, penakar yang umum dipakai adalah perioda. Penakaran berbasis perioda menjadikan alokasi sistematik dan rasional suatu hal tidak dapat dihindari.
Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa. Masalah khusus terjadi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu gedung/pabrik dan perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut membahas masalah teoritis yang menyangkut pos-pos tersebut.
1.                   Sediaan
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut :
v    Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
v    Penentuan nilai sediaan sebagai unsur asset lancar perusahaan. Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi yang paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang tepat antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.
2.                   Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan (massa).
3.                   Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga satuan yang cukup pasti.

4.                   Metoda Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini sangat logis dalam merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
5.                   Implikasi Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Seandainya metoda yang layak telah ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya sangat bergantung pada system penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau barang. Jadi, dalam kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam penentuan laba periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada pengukuran yang mendekati ideal.

H.                FASILITAS FISIS
a.                   Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik : (a) Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi perusahaan, (b) Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian, (c) Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak miliknya, (d) Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
b.                  Basis Pembebanan
Pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement) atas dasar taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
c.                   Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan, depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.
d.                  Depresiasi  Sebagai Proses Akumulasi Dana
Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya, perusahaan harus menyisihkan dana dari pendapatan yang diperoleh. Pengakuan biaya depresiasi tidak mempunyai kaitan langsung dengan masalah penggantian.
e.                   Depresiasi Sebagai Pemulihan Investasi
Secara konseptual sama dengan pandangan di atas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai dengan utang. Agar perusahaan mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan penyisihan dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar depresiasi.
f.                    Depresiasi sebagai Proses Penilaian
Salah satu pendefinisian secara semantic adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan potensi jasa (decline in serve potential) selama periode operasi akibat keausan fisis, konsumsi manfaat atau keusangan teknologis. Dengan demikian penurunan potensi jasa selama perioda dapat dipandang sebagai selisih penilaian antara potensi jasa awal dan potensi jasa akhir baik secara fisis maupun moneter.
g.                   Nilai Setara Tunai (current cash equivalents)
Dengan basis ini penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara tunai pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar asset yang sama dalam kondisi yang sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang stabil.
h.                  Kontribusi pendapatan Neto Diskonan (discounted net revenue contribution)
Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskunan aliran kontribusi pendapatan neto pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan. Penilaian ini memerlukan informasi tariff diskun yang biasanya didasarkan atas tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas resiko atau tingkat bunga umum yang berlaku.
i.                    Depresiasi sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Pendapatan neto disini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisis dikurangi biaya pengoprasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.

j.                    Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit produksi (production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
k.                  Hubungan Depresiasi dan Laba
Ini  berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam perioda tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun kurus”. Jadi meskipun tetap dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara seksama, rasional dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi besarnya laba.
l.                    Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran
Program depresiasi harus direvisi bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahawa revisi tersebut diperlukan. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal adanya rugi tersebut. Kos yang harus dibebankan ke operasi selama umur fasilitas fisis yang baru adalah terbatas pada kos unit baru tersebut. Sisa kapasitas fasilitas fisis lama tidak menambah daya atau kapasitas fasilitas fisis baru.
m.                Tanah
Kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi  tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.
n.                  Tanah Bukan Hak Milik Permanen
Akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah menjadi bagian yang dimasukkan sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan kos elemen tanah yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian ditentukan alokasi kos semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi, dengan akuntansi seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan tanah akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.
o.                  Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.
p.                  Aset Tak Berwujud
Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi menunjukkan bahwa asset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang penting. Karena banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis asset tak berwujud yaitu goodwill dan kos organisasi dibahas di bawah ini.
q.                  Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Kos goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value) kelebihan laba yang dihasilkan.
r.                   Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan.  Akan tetapi kos pendirian tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan pengerutan  kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.

I.                   PENYAJIAN BIAYA
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan saran untuk itu adalah statemen laba rugi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar