KONSEP BIAYA
A.
DEFINISI
BIAYA
a.
SFAC No. 6, FASB
Biaya adalah aliran keluar outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau
produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang
merupakan kegiatan utama suatu entitas.
b.
IAI 1994 mendefinisikan biaya sebagai
berikut:
Beban (expenses)
adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal (Paragrap 70).
c.
Kam 1990
Biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan
hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham
(stockholder’s equity) sebagai
akibat pemakaian barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan
pendapatan pada periode berjalan.
d.
APB Statement
No. 4, prg. 134
Penurunan
kotor dalam aset atau kenaikan kotor dalam kewajiban yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dihasilkan dari
jenis-jenis kegiatan yang diarahkan untuk memperoleh keuntungan dari suatu
perusahaan yang dapat mengubah ekuitas pemilik.
e.
Menurut Sprouse dan Moonits (1962)
Biaya adalah suatu nilai prasyarat, suatu pengorbanan
untuk memperoleh manfaat dan diukur dengan harga pertukaran. Beban adalah
penurunan aktiva bersih sebagai akibat dari kegiatan ekonomi untuk mendapatkan
pendapatan atau pengenaan pajak unit pemerintah
f.
Menurut Grady (1965)
Biaya adalah jumlah yang diukur dengan uang atau
uang tunai yang dikeluarkan atau properti lainnya, penerbitan modal saham, atau
kewajiban yang terjadi dalam pertimbangan barang atau jasa yang diterima atau
yang akan diterima
g.
Menurut Antony, Hawkins, dan Merchant
(1999)
Biaya adalah pengukuran moneter dari jumlah sumber
daya yang digunakan untuk beberapa tujuan. Pengeluaran adalah penurunan asset (
biasanya uang tunai) dan atau peningkatan kewajiban (seringnya hutang) terkait
dengan timbulnya biaya dan pengeluaran.
h.
Hilton (2002)
Biaya adalah pengorbanan yang biasanya diukur dengan
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Beban adalah penggunaan aset untuk
tujuan menghasilkan pendapatan.
B.
KARAKTERISTIK
BIAYA
v Dari
berbagai sumber diatas terdapat dua karakteristik utama yang melekat pada makna
biaya , yaitu :
a. Aliran
keluar atau penurunan asset (arus keluar aset, penurunan kotor dalam aset,
penurunan manfaat ekonomi, dengan menggunakan aset, konsumsi aset, penggunaan
layanan ekonomi, berakhir biaya, biaya yang berlaku untuk periode berjalan).
b. Akibat
kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (profit-directed activities, for the purpose of generating revenues,
earning activities)
v Karakteristik
lain yang bersifat sebagai konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
a.
Kenaikan Kewajiban
Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh
perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai asset sebelumnya atau
perusahaan mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai
pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau melakukan pengorbanan
sumber ekonomik di masa datang sehingga kewajiban timbul.
b.
Penurunan Ekuitas
Definisi APB dan IAI secara eksplisit menegaskan
bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara
konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Oleh karena itu, turunnya aset
sebagai biaya harus harus mengakibatkan turunnya ekuitas. Bila ekuitas akhirnya
tidak terpengaruh, jelas turunnya aset bukan merupakan biaya. Misalnya
pembagian deviden kas merupakan penurunan asset tetapi tidak dapat disebut
sebagai biaya. Jadi, penurun ekuitas hanya merupakan karakteristik pendukung
makna biaya.
c.
Aliran Fasis atau Moneter
FASB memisahkan antara pengertian
biaya dan pengukuran biaya. Bahwa biaya yang timbul dari penyerahan produksi (from delivering or producing goods) atau
dari pelaksanaan jas (rendering services)
sebagai kejadian fisis (physical
event). Bila asset diganti dengan barang dan jasa, aliran tersebut ijelas
menunjukkan aliran fisis. Secara semantic, biaya seharusnya didefinisi sebagai
perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan
kejadian moneter (monetary event).
d.
Rugi
Sebagai
lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah :
1.
Penurunan ekuitas (asset bersih)
2.
Transaksi periferal atau insidental
3.
Selain apa yang didefinisi sebagai biaya
atau selain distribusi ke pemilik
Dari tiga
karakteristik rugi di atas, yang paling membedakan rugi dengan biaya adalah
karakteristik no .2. Rugi perlu didefinisi sebagai elemen dan dibedakan dengan
biaya oleh FASB karena sifat terjadinya. Untuk disebut rugi, kejadian yang
menimbulkan harus peripheral atau incidental atau di luar kendali manajemen.
Seperti untung, empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah (SFAC no. 6.
Prg. 85) :
a.
Periferal
dan incidental : misalnya penjualan investasi dalam
surat-surat berharga, penjualan asset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum
jatuh tempo.
b.
Transfer
non-timbal balik (nonreciprocal
transfers) dengan pihak lain : misalnya pencurian
dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hokum.
c.
Penahanan
aset (holding assets) :
misalnya penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai tukar valuta
asing, dan penurunan harga karena penahanan sediaan (holding losses).
d.
Faktor
lingkungan : misalnya ganti rugi asuransi musibah
alam yang lebih rendah dari kos aset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya
manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.
C.
PENGUKURAN
DAN PENGAKUAN BIAYA
C.1 PENGUKURAN BIAYA
Biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunkan utnuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya
dapat didasarkan pada:
a.
Cost Historis
Merupakan
jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva.
b.
Replacement Cost
Menunjukan
jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu
entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.
c.
Cash Equivalent
Adalah
jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan
cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
nornal. Nilai pasar ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang
bebas yang sejenis.
C.2 PENGAKUAN BIAYA
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan yang
penting yaitu Konsumsi
a.
Manfaat (Consumption of Benefits)
Biaya
atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomi yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan
atau pelaksanaan jasa, kegiatan lain yang mempresentasi operasi utama atau
sentral entitas tersebut.
Kaidah
Pengakuan (SFAC No. 5, prg.86) berbagai jenis pos biaya menghendaki cara
pengakuan yang berbeda yaitu :
1. Beberapa
pos biaya , seperti kos barang terjual ditandingkan dengan pendapatan yang
terkait. Diakui pada saat yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan
langsung dari transaksi lain yang sama yang menimbulkan biaya.
2. Banyak
pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administrasi diakui selama periode
pada saat kas dibayarkan atau kewajiban terjadi atas barang yang jasa yang
dimanfaatkan bersamaan dengan pemerolehan.
b.
Beban Pendapatan (loss or lack of future benefits)
Biaya
atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah
berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.
Kaidah
Pengakuan APB (APB Statement No. 4 prg.
157-160)
1. Mengasosiasi
sebab dan akibat
Beberapa
kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan
tertentu.
2. Alokasi
sistematik dan rasional
Beberapa
kos diasosiasi sebagai biaya atas dasar usaha untuk mengalokasi kos secara
sistematik dan rasional ke beberapa periode yang menikmati manfaat.
3. Pengakuan
segera
(a). Kos
yang terjadi dalam periode berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang
cukup nyata.
(b). Kos
yang dicatat aset dalam periode sebelumnya tidak lagi mempunyai manfaat
ekonomik yang cukup nyata.
(c). Mengalokasi
berbagai kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau dasar periode
akuntansi dipandang tidak memmpunyai manfaat yang berarti.
Hubungan
Cost dan Biaya
Beberapa sumber
mendefinisi biaya dalam kaitannya dengan kos karena memang biaya tidak dapat
dipisahkan dengan kos. Kos adalah pengukur biaya atau biaya direpresentasi
dengan kos sehingga secara teknis dan praktis biaya sering disebut dengan kos.
Akan tetapi kos tidak selalu dapat disebut sebagai biaya karena kos dapat juga
merepresentasi aset.
D.
KONSEP
PENANDINGAN
Proses penandingan adalah proses penentuan laba
dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu periode dan
barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan
pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna.
Kelayakan Ekonomi
Penandingan
yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis. Memang
penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat aset atau jasa secara fisis
tetapi tetapi nilai aset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara
tepat dengan mempehatikan kondisi yang melingkupinya. Jadi kos yang digunakan
dalam operasi hanya akan dibebankan kependapatan sebanding dengan produk yang
dianggap telah menghasilkan pendapatan.
Menandingkan Bukan Kompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya pengiriman
barang dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan
dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiahnya netto
dicatat dalam akun Penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah nettonya.
Basis Asosiasi
Basis asosiasi adalah dasar penandingan antara
pendapatan dengan biaya. Perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak.
1.
Asosiasi
Sebab Akibat
Konsep upaya dan pencapaian menyatakan bahwa biaya
merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti
ada hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Hubungan biaya dan
pendapatan merupakan hubungan agregat antara berbagai faktor biaya sebagai
kesatuan dan berbagai faktor biaya sebagai kesatuan yang lain. Jadi hubungan
biaya dan pendapatan bersifat ekonomik bukannya fisis.Hubungan sebab akibat
mempunyai validitas karena pengamatan terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukan
bahwa pendapatan tidak akan terjadi tanpa penyerahan barang atau jasa.
Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang
direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat
dilihat hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui. Dari
pernyataan tersebut dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat
dapat dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antarapendapatan dan
biaya. Oleh karena itu pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan
dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan.
Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila
penandingan langsung atas dasar produk yang digunakan sebagai dasar hubungan
sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
v Identifikasi Kos Produk
Sesuai
dengan konsep penandingan semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang
bersangkutan. Cost produk dapat
dibagi menjadi dua:
a. Cost
produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai
biaya.
b. Cost
produk yang melekat pada produk yang belum terjual dilaporkan sebagai
persediaan dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut dijual.
Salah satu alternatif pemecahan
masalah penandingan yang tepat adalah sediaan barang dan kos barang terjual
hanya memuat kos variabel (kos produksi dan non produksi). Kemudian kos tetap
dipecah proporsional sesuai dengan perbandingan sediaan dan kos barang terjual.
Semua kos tetap dianggap tidak tersediaankan dan diperlakukan sebagai biaya
periode. Pendekatan semacam ini disebut dengan pengkosan langsung (direct costing) sebagai pasangan dari
pengkosan penuh (full costing).
v Poduk Usang atau Musiman
Apakah
produk musiman yang tidak laku terjual merupakan sebab (sebagai biaya) atau
bukan (sebagai rugi)? Patton dan Littleton menegaskan bahwa penandingan harus
didasarkan pada kelayakan ekonomik. Sediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya
merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai
pada musim tertentu. Dengan demikian, tidak selayaknya kos sediaan yang tidak
terjual diperlakukan sebagai rugi.
v Barang Rusak
Apakah
kos produk rusak dapat dianggap sebagai upaya atau sebab untuk menimbulkan
pendapatan? Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal agar mendapat
kualitas produk yang baik, kos barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya
menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, jika kerusakan atau cacatnya produk
merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian atau musibah) maka
jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.
v Identifikasi Nonproduk
Dalam kaitannya dengan penandingan sebab-akibat
,kos nonproduksi tidak harus ditunda pembebanannya untuk dikeitkan dengan
pendapatan masa datang kalau tidak ada kepastian tentang pendapatan masa datang
yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi. Ini berarti asosiasi produk
diganti dengan asosiasi perioda
v Biaya Antisipasian
Adalah
biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi
setelah pendapatan diakui. Kos semacam ini harus diantisipasi dan diakui pada
periode terjadinya penjualan meskipun kos belum terjadi. Selama probabilitas
terjadinya dan jumlah rupiahnya dapat ditaksir dengan cukup tepat, kos
antisipasian dapat diakui sebagai biaya periode terjadinya penjualan.
v Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan
rasional sering disebut dengan dasar penandingan periodik (period matching)
atau penandingan tidak langsung (inderict matching). Alokasi sistematik
dan rasional dapat digunakan sebagai dasar penandingan apabila dasar
penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat dilakukan. Atas dasar konsep
penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk (unit fisik)
tetapi periode. Dengan demikian, biaya diakui dan dihubungkan dengan pendapatan
pada periode terjadinya. Cost yang
terjadi dapat dialokasikan dalam beberapa periode, dan dapat juga langsung
diakui dan dibebankan sebagai biaya.
Ada beberapa alasan yang
mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional.
E.
KRITIK
TERHADAP KONSEP PENANDINGAN
1.
Bukti
Yang Obyektif
Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektif merupakan
sarat utama yang harus dipenuhi. Namun demikian bukti obyektif tersebut kurang
negitu diperhatikan dalam pengakuan biaya. Salah satu alasannya adalah karena
penerapan prinsip konservatisme. Konsep ini memenyatakan bahwa biaya, rugi, dan
hutang harus segera diakui meskipun tidak ada bukti yang kuat dan obyekrtif.
Sementara pendapatan, untung (gains) dan
aktiva tidak dapat diakui apabila ada bukti yang cukup obyektif.
2.
Evaluasi
Terhadap Konsep Matching
Apabila suatu aktiva memiliki suatu manfaat lebih
dari satu periode akuntansi dan dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak
dapat diterapkan, maka cost aktiva
dapat dialokasikan dalam periode-periode secara sistematis. Alokasi secara
teoritis akan memuaskan apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut
meliputi :
a.
Additivity
Alokasi
harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya
sama dengan jumlah keseluruhannya. Jika jumlah yang dialokasikan ditambahkan
bersama-sama, maka totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi.
b.
Unambiguity
Metode
alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar
alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas.
c.
Defensibility
Metode
alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding metode alokasi yang lain.
Metode tersebut harus didukung oleh alasan lain yang kuat.
F.
KRITERIA
PENANGGUHAN
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan
untuk langsung dibebankan daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai
tepat-tanding.
a.
Alokasi
Kos Bergabung atau Bersama
Alokasi kos bergabung atau bersama
bersifat internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos
operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer.
Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa
antar perioda.
b.
Alokasi
Bukan Sarana Pemerataan Laba
Untuk mengatasi fluktuasi laba
tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-rugi tahunan
seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba yang diratakan.
c.
Pendekatan
Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan
eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi dalam akuntansi. Thomas
menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik
berikut dipenuhi: (1) Ketertambahan, (2) Ketakraguan, (3) Keterpertahankan.
d.
Pembebanan Arbitrer
Jika
tidak ada dasar untuk menunda pembebanan, atau tidak ada dasar alokasi yang
layak , kos bisa langsung dibebankan pada periode terjadinya, penandingan kos dan
pendapatan seperti ini disebut secara arbitrer.
G.
PENANDINGAN
DAN PENYAJIAN POS-POS BIAYA
Idealnya
tiap unit produk menyerap semua jenis kos operasi (produksi, penjualan,
administrasi dan pengumpulan piutang). Akan tetapi, karena tidak mudahnya untuk
menghubungkan secara layak kos kegiatan non produksi ke produk, penakar yang
umum dipakai adalah perioda. Penakaran berbasis perioda menjadikan alokasi
sistematik dan rasional suatu hal tidak dapat dihindari.
Masalah
pembebanan kos dan basis asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi
jasa. Masalah khusus terjadi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya
fasilitas fisis yaitu gedung/pabrik dan perlengkapan (plant and equipments).
Uraian berikut membahas masalah teoritis yang menyangkut pos-pos tersebut.
1.
Sediaan
Masalah pengukuran dan penilaian
sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut :
v Penentuan besarnya kos barang yang
terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya
laba perusahaan.
v Penentuan nilai sediaan sebagai
unsur asset lancar perusahaan. Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara
persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi yang paling
menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang tepat
antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.
2.
Rata-Rata
Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam
proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama selama satu perioda
menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali
atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode
dianggap sebagai satu kesatuan (massa).
3.
Sediaan
Normal
Metode ini sering disebut dengan
metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah penandingan pendapatan
sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan
sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan
harga satuan yang cukup pasti.
4.
Metoda
Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini sangat logis dalam
merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk
memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos
yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
5.
Implikasi
Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Seandainya metoda yang layak telah
ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya sangat bergantung pada system
penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau barang. Jadi, dalam
kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam
penentuan laba periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada
pengukuran yang mendekati ideal.
H.
FASILITAS
FISIS
a.
Karakteristik
dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik
umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam
kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik : (a) Berwujud
fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan
operasi perusahaan, (b) Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga
perlu penggantian, (c) Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau
hak perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak miliknya, (d) Pada
umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials)
bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
b.
Basis
Pembebanan
Pembebanan kos fasilitas fisis untuk
suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang objektif
tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement) atas dasar taksiran
factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai
residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
c.
Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi
merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah
rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah
dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan
keuangan, depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur
atau alokasi sistematik dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang
tepat.
d.
Depresiasi
Sebagai Proses Akumulasi Dana
Pengertian ini didasari oleh gagasan
bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat
mengganti fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya, perusahaan harus
menyisihkan dana dari pendapatan yang diperoleh. Pengakuan biaya depresiasi
tidak mempunyai kaitan langsung dengan masalah penggantian.
e.
Depresiasi
Sebagai Pemulihan Investasi
Secara konseptual sama dengan
pandangan di atas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai dengan utang.
Agar perusahaan mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan
penyisihan dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar
depresiasi.
f.
Depresiasi
sebagai Proses Penilaian
Salah satu pendefinisian secara
semantic adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan potensi jasa (decline in
serve potential) selama periode operasi akibat keausan fisis, konsumsi manfaat
atau keusangan teknologis. Dengan demikian penurunan potensi jasa selama
perioda dapat dipandang sebagai selisih penilaian antara potensi jasa awal dan
potensi jasa akhir baik secara fisis maupun moneter.
g.
Nilai
Setara Tunai (current cash equivalents)
Dengan basis ini penurunan nilai
fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara tunai
pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar asset yang sama dalam
kondisi yang sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang
stabil.
h.
Kontribusi
pendapatan Neto Diskonan (discounted net revenue contribution)
Dengan penilaian ini, depresiasi
ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskunan aliran kontribusi
pendapatan neto pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah
tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis
bersangkutan. Penilaian ini memerlukan informasi tariff diskun yang biasanya
didasarkan atas tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas resiko atau
tingkat bunga umum yang berlaku.
i.
Depresiasi
sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Pendapatan neto disini adalah
pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisis dikurangi biaya pengoprasian
fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan merefleksi
variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.
j.
Metoda
Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah
metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan kapasitas jasa tersebut.
Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit produksi (production
or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah penentuan
kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
k.
Hubungan
Depresiasi dan Laba
Ini
berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam
perioda tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan
terjadi semacam penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun
kurus”. Jadi meskipun tetap dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara
seksama, rasional dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk
mempengaruhi besarnya laba.
l.
Koreksi
Terhadap Kesalahan Taksiran
Program depresiasi harus direvisi
bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahawa revisi tersebut diperlukan. Mengkapitalisasi
rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal adanya rugi tersebut. Kos yang
harus dibebankan ke operasi selama umur fasilitas fisis yang baru adalah
terbatas pada kos unit baru tersebut. Sisa kapasitas fasilitas fisis lama tidak
menambah daya atau kapasitas fasilitas fisis baru.
m.
Tanah
Kos
tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya depresiasi.
Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa
batas waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos
tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.
n.
Tanah
Bukan Hak Milik Permanen
Akuntansi
yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah menjadi bagian yang dimasukkan
sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan kos elemen tanah
yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian
ditentukan alokasi kos semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi,
dengan akuntansi seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan
kesuburan tanah akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus
didepresiasi.
o.
Sumber
Alam
Kos
sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara
sistematik ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap
ini disebut deplesi. Seperti juga depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya
untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara objektif dan rasional
tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.
p.
Aset
Tak Berwujud
Penghapusan
langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi
menunjukkan bahwa asset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti
ekonomik yang penting. Karena banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis
asset tak berwujud yaitu goodwill dan kos organisasi dibahas di bawah ini.
q.
Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah
rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas
nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Kos
goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi
pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or
discounted value) kelebihan laba yang dihasilkan.
r.
Kos
Organisasi
Kos
organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak
dapat dikaitkan dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan.
Akan tetapi kos pendirian tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila
terjadi penurunan laba dan pengerutan kekayaan yang terus menerus akibat
kegagalan usaha atau proses likuidasi.
I.
PENYAJIAN
BIAYA
Penyajian
biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan saran untuk itu
adalah statemen laba rugi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar